Hanya saja harus diingat, sistem MLM tidak selamanya buruk. Sistem MLM yang baik memiliki bisnis riil yaitu produk yang dijual dan sebaiknya juga diproduksi sendiri. Sistem ini dalam bahasa pemasaran merupakan bagian dari pemasaran langsung atau direct selling. Banyak perusahaan besar yang juga memakai lini pemasaran ini dalam menjangkau konsumen. Misalnya produsen farmasi atau kebutuhan rumah tangga dan personal. Semua perusahaan MLM yang menjadi anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) bisa dipastikan memenuhi kriteria ini.
Sementara sistem piramida yang menyaru sebagai MLM sebenarnya adalah “arisan berantai”. Saya sebut logikanya sebagai logika Mr.Bean karena sepertinya masuk akal, tapi sesungguhnya tidak benar, tidak sahih dan tidak valid. Kalau anda ingat karakter tokoh yang diperankan oleh Rowan Atkinson, Ph.D. itu, di salah satu episodenya ia pergi berbelanja furniture dan perlengkapan rumah tangga. Ketika hendak di bawa pulang, ternyata barang-barang itu tidak muat di mobilnya Mini Cooper yang kecil itu. Maka, ia kemudian menaruh sofa di atas atap mobil, dan untuk menyetir digunakan gagang kain pel untuk menginjak pedal dan tali yang diikatkan ke setir, sementara Mr.Bean sendiri kemudian duduk di sofa tadi. Kelihatannya masuk akal dan bisa dijalankan. Nah, masalah baru muncul saat mobil memasuki jalan turunan, sehingga segala persiapan ribet tadi menjadi sia-sia.
Logika yang dipakai sistem piramida juga begitu. Ia menjanjikan keuntungan hanya bila sistem berjalan sempurna. Padahal, seperti sudah saya tuliskan, sistem itu tidak akan pernah bisa berjalan sempurna. Akan ada mata rantai piramida yang putus karena tidak berjalannya sistem. Artinya, sama seperti jalan turunannya Mr.Bean, ada penurunan jumlah anggota terekrut di sistem piramida. Jelas, sistem ini hanya menguntungkan pendirinya dan anggota awal saja. Akan tetapi, iming-iming keuntungan besar dengan modal kecil dan upaya sedikit membuat banyak orang tergiur sehingga tetap bergabung.
Begitu pula bisnis internet yang menjanjikan keuntungan seabrek hanya dengan membuat situs atau blog dan menjual e-book, sebenarnya serupa dengan sistem piramida ini. Atau arisan berantai yang mengharuskan orang menyetor ke rekening upline-nya. Sistem ini menjanjikan hanya dalam empat langkah ia akan naik menjadi yang pertama di daftar antrian. Walau kelihatannya menjanjikan, sistem ini pun juga sistem piramida yang kecil kemungkinan berhasilnya.
Pendeknya, saya hanya hendak menanamkan bahwa sebuah bisnis itu berarti ada sesuatu yang riil ditawarkan kepada pembeli, baik barang atau jasa. Bukan sekedar menjual janji atau angin sorga. Kalau itu sih kerjanya politisi, bukan pebisnis. 🙂
(oleh: Bhayu M.H., diposting di http://www.lifeschool.wordpress.com)
Benar Mas Bhayu, kalau mau bisnis, harus kerja keras. Saya tidak percaya Bisnis yang menawarkan untung besar dengan kerja minimal, bahkan ada yang menawarkan tanpa kerja pula. Mustahil!
Kalau Bisnis secara “smart”, saya setuju!
Terima kasih komentarnya. Ajak teman2 berkunjung ke “sekolah maya” ini ya 🙂
Sukses, demi Indonesia Raya!
Bhayu M.H.