Dua hari lalu, saya mendapatkan kesempatan melakukan presentasi bisnis di forum gathering Indonesian Young Entrepreneurship (IYE!). Saya membawakan presentasi tentang salah satu bisnis saya di bidang industri kreatif. Tujuan presentasi saya adalah mencari mitra bisnis bervisi sama dalam bisnis tersebut.
Meski tidak mendapatkan tanggapan langsung dari audience, pasca acara dan foto bersama, ada sejumlah potensi yang bisa digali. Saya selalu berusaha berpikir positif. Apalagi ada masukan berharga antara lain dari Babe Kepra. Beliau ini bagi yang masih ingat adalah presenter televisi di era TVRI yang kini menjadi pengusaha event organizer.
Berada di bidang yang sama dengan bisnis saya, ia memberikan banyak masukan berharga. Antara lain adalah kiat bertahan di era persaingan yang makin ketat.
Salah satu kiat itu adalah selalu berusaha meremajakan bisnis kita. Itu terasa amat kena terutama bagi saya yang bisnis di bidang industri kreatifnya tengah menurun. Namun bagi saya ada satu yang sangat bagus, yaitu saat ia bercerita yang intinya adalah: “Order di bisnis itu jatuhnya cuma ke teman. Karena itu jadilah teman bagi klien Anda.”
Ia menceritakan kalau baru beberapa hari lalu anak buahnya yang masih muda-muda begadang menyelesaikan proposal yang diadakan sebuah departemen. Kepra mentertawakannya sembari berkomentar, “Nggak bakalan dapet. Emangnya siapa elu?” Kepra berpendapat anak buahnya tidak akan mendapatkan order itu karena mereka belum dikenal oleh pengambil keputusan di pihak prospek atau calon klien. Jadi, mereka jelas belum dipercaya.
Inilah inti pentingnya dalam bisnis: kepercayaan. Klien hanya percaya pada yang sudah dikenalnya. Dan itu kebanyakan teman. Karena mengadakan tender terbuka pun tidak jadi jaminan akan mendapatkan yang terbaik. Justru dari teman akan didapat rekomendasi tulus. Lebih dari itu, seorang teman bila sampai merekomendasikan sesuatu, pasti ia siap mempertaruhkan nama baiknya kepada pihak yang diberinya rekomendasi. Artinya, kecil kemungkinan rekomendasi itu asal-asalan.
Di sini saya lantas merenung. Prinsip saya yang anti-nepotisme sepertinya harus ditinjau ulang. Saya pernah menulis bahwa nepotisme yang positif sebenarnya tidak masalah. Yang tidak boleh adalah jika nepotisme lantas mengakibatkan munculnya rekomendasi hanya karena kenal, bukan karena kompetensinya menyelesaikan pekerjaan. Sementara bila semua kompetensi yang dibutuhkan memang memenuhi syarat, mengapa tidak?
Babe Kepra juga menuturkan perjuangannya mendirikan bisnis event organizer. Terutama sekali bagaimana menjaga kepercayaan klien. Sebuah bank besar masih menjadi kliennya dari 1986 hingga kini. Wow! Luar biasa kepercayaan yang dijaganya! Dan di luar dugaan saya, ternyata ia yang justru dikenal masyarakat awam karena jadi presenter di TVRI malah tidak senang jadi MC. Ia malah lebih menyenangi dunia bisnis kreatif yang terus digelutinya hingga kini. Hebat Be!
(oleh Bhayu Mahendra H., diposting di http://www.lifeschool.wordpress.com)
silaturrahmi
Salam kenal Pak Hanung. Terima kasih kunjungannya.
Ping-balik: Pengusaha dan Publikasi | LifeSchool by Bhayu M.H.·