Juara & Perubahan Dalam Hidup

Juara! Itulah yang selalu dikesankan para motivator saat menampilkan citra dirinya. Mereka adalah orang-orang yang mengklaim telah berhasil menaklukkan hidup. Apalagi ada yang memang menu motivasinya adalah mengisahkan riwayat hidupnya sendiri. Mereka senantiasa beranggapan, dengan mendengarkan kisah sukses seseorang langsung dari mulut yang bersangkutan akan mampu membuat orang lain termotivasi. Atau dengan kata lain, menjadikan si penutur kisah hidup tersebut sebagai teladan.

Dan memang, kebanyakan dari kita bisa termotivasi dengan jalan macam itu.

Hanya saja yang harus diingat, tiap individu itu unik. Tuhan tidak pernah menciptakan manusia yang persis sama, bahkan anak kembar sekalipun. Artinya, jalan hidup yang ditempuh seseorang belum tentu, malah sulit, untuk ditiru orang lain.

Apa yang bisa diambil adalah pelajaran dari pengalamannya. Artinya, kita bisa mempelajari cara dan langkahnya meraih sukses, plus menghindari kegagalannya. Tapi justru ini yang paling jarang saya temukan. Selalu ada lompatan atau penghilangan bagian riwayat hidup dari para motivator. Karena itu saya menolak kalau ada yang bilang saya ini berbakat jadi motivator. Sebab, yang bisa memotivasi kita sejatinya adalah diri sendiri. Orang lain cuma memberikan cermin.

Dalam hidup, kita sungguh tak perlu jadi juara.

Yang perlu –meminjam istilah Charles Darwin- menjadi yang paling mampu bertahan: survival of the fittest. Kenapa dinosaurus punah? Karena spesiesnya tak mampu bertahan menghadapi perubahan alam. Yang mampu bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan. Itulah maka ada adagium “Panta Rei Ka Udon Menei” itu. Rhenald Kasali pun dalam bukunya Change! menganjurkan perusahaan dan organisasi –dan juga manusia di dalamnya- untuk senantiasa siap menghadapi perubahan. Maka, di zaman yang terasa sulit bagi kita yang hidup sekarang, rahasia terbesar untuk adaptasi adalah kemampuan memperbaiki kekurangan diri sendiri dan mengakui kelebihan orang lain.

Tidak mungkin ada manusia super… apalagi zuper. Karena itu kita senantiasa membutuhkan orang lain, sekecil apa pun itu. Dan kita tak perlu mengalahkan orang lain untuk jadi juara supaya bisa hidup. Karena dengan bertahan saja dalam kehidupan yang keras ini, maka niscaya kita sudah jadi juara-juara dalam lembaran hidup masing-masing. Apalagi bila berjuang meningkatkan kehidupan, sudah pasti tinta emas menunggu untuk ditorehkan dalam riwayat kita.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s