Semalam, sekitar jam 22.00-23.00 WIB, saya kebetulan ‘nyangkut’ di saluran televisi Jak-TV. Saat itu ditayangkan acara bernama “Obrolan Politik Untuk Rakyat “dengan Prabowo Subianto sebagai narasumber. Yeah, acara yang pasti ratingnya rendah dan tidak jadi pilihan tontonan sebagian besar pemirsa televisi. Saya saja menontonnya sambil lalu.
Tapi dari acara itu, saya menyadari sejumlah hal baru. Termasuk pemikiran Prabowo mengenai perekonomian. Ia mengutarakan beberapa hal yang saya belum tahu. Misalnya saja soal ketiadaan kewajiban bagi pengusaha kita untuk menanamkan kembali uang hasil usahanya di Indonesia. Prabowo menggaris-bawahi dirinya sebagai penentang paham neo-liberalisme laissez faire yang menurutnya selama ini dianut Indonesia dengan berkiblat ke A.S. Baginya sistem terbaik ya ekonomi Pancasila berdasarkan UUD 1945. Ia mengatakan pendiri negara kita sudah memikirkan sistem tersebut yang sudah disusun semenjak awal berdirinya negara. Karena menurutnya, para pendiri negara telah mengalami depresi ekonomi 1930 (lihat tulisan saya di blog ini tentang The Black September).
Cuma, jangan lupa, Prabowo adalah putra begawan ekonomi Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Bapaknya inilah yang bersama-sama dengan lulusan Harvard, Princeton dan UCLA at Berkeley lainnya dikenal sebagai “Mafia Berkeley”. Mereka inilah yang merancang sistem ekonomi Orde Baru atas permintaan Soeharto. Kalau sekarang Prabowo mengkritisi sistem perekonomian yang kita anut, sejatinya ia mengkritisi pandangan bapaknya sendiri.
Toh ada yang bagus dari pandangannya. Ia mengatakan masa depan bangsa kita terletak di pertanian. Ia mengesampingkan sektor migas yang selama ini jadi tumpuan devisa negara. Ia juga membawa data dari BPS yang menunjukkan kita selama ini untung dari sektor migas rata-rata 27 juta dollar setahun. Tapi keuntungan itu tidak jelas penggunaannya. Maka ia menyatakan seyogyanya kita berpihak pada pertanian di masa depan.
Prabowo juga sempat mencontohkan betapa kini ekonomi Cina yang bercorak “Ekonomi Komando” ternyata mulai dilirik barat. Dan tampaknya, ini yang hendak diterapkan olehnya andaikata terpilih menjadi presiden. Ini sebenarnya bukan hal baru. Karena Soekarno sempat pula melansir konsep “Ekonomi Terpimpin” bersamaan dengan “Demokrasi Terpimpin”.
Sebenarnya, apa yang diutarakan Prabowo itu rasanya bukan tidak diketahui para petinggi negara kita. Cuma, memang menerapkannya tidak semudah membalik telapak tangan. Negeri kita ini berpenduduk sekitar 220 juta orang. Terbanyak keempat di dunia. Tidak mudah mengatur orang sebanyak itu. Tambahan lagi, dari negara-negara berpenduduk padat, hanya kita yang masuk kategori “negara berkembang”. RRC dan AS jelas sudah negara maju. Sementara India mulai bergerak naik menjadi ke arah sana. Kita? Hehehe.
Tapi optimisme itu harus. Kalau bukan kita yang optimis, siapa lagi? Seperti pernah saya tulis, seyogyanya siapa pun yang berkemauan kuat bekerja untuk Indonesia harus kita dukung. Tentu saja, dukungan tak harus dengan memilihnya dalam Pemilu, tapi bisa dengan memberikan masukan atau berkomunikasi dengan yang bersangkutan. Yang terpenting, jangan sampai kita “menjual Indonesia” demi kepentingan sendiri atau kelompok. Itu yang harus diingat saat akan mencoblos, eh, mencontreng, 9 April 2009 mendatang. Jangan pilih orang yang pernah menjual negara, antara lain dengan menjual BUMN. Oke?
Nah, setelah sebentar menengok pandangan Prabowo, dengan segera saya teralih ke saluran lain di televisi yang menayangkan para pembela nama bangsa sedang berlaga. Ya, itu adalah tim PSSI yang sedang bertanding melawan Oman. Sambil sekali-kali menengok film Fast and Furious dan liga sepakbola Italia Lazio versus Juventus di kanal lain. Yeah, masalah bangsa ini memang terlalu banyak untuk dipusingkan…
Ping-balik: Kumpulan Artikel Al-Wordpressi Mengenai Mafia Berkeley « ARIEFMAS's WEBLOG·
Ping-balik: Kumpulan Artikel Wordpress Mengenai Mafia Berkeley « ARIEFMAS's WEBLOG·
Ping-balik: Kumpulan artikel Wordpress Mengenai Mafia Berkelay « Gerbangbisnis's Blog·