Dua malam lalu, seorang teman mengajak clubbing. Jujur saja, terakhir saya melakukan hal itu di tahun 2004, saat masih bekerja di sebuah majalah gaya hidup internasional. Itu pun karena tuntutan tugas.
Ini hal kecil buat sebagian LifeLearner, tapi tidak buat saya. Karena saya telah mengalami banyak transformasi dalam hidup saya. Kejadian semalam seolah membuat saya mundur atau set-back kembali dalam situasi yang tidak saya sukai.
Saya tidak suka clubbing. Juga kehidupan hedonis lainnya. Walau saya terhitung anak orang berada, tapi orangtua saya itu orang berada pejuang yang orang kampung banget. Mereka bukan pejabat pemerintah yang dapat fasilitas dan sabet sana-sini. Tapi ayah saya pengusaha ulet yang rajin menabung. Jadi, saya sangat menghargai uang. Clubbing dan segala kegiatan penunjangnya seperti minum, jojing, bahkan rokok, saya anggap tindakan sia-sia dan cuma buang uang saja. (By the way, jojingnya sih oke asal bukan di club. Sebagai cowok saya lumayan jago nari/dance lho!) Dan kebetulan upaya menjauhi hal-hal itu sesuai pula dengan tuntunan agama saya.
Malam itu, dengan senang hati pula saya menenggak minuman keras. Meski tidak banyak, tapi rasa sesalnya begitu mendalam. Seusai clubbing dan rekan-rekan saya bubar ke rumah masing-masing, saya malah terpekur di sudut sebuah taman kota dan menunggu masuknya adzan shubuh. Rasa sesal itu cukup terobati dengan shalat shubuh berjamaah dengan seorang tukang parkir, seorang polisi, seorang bapak yang tampaknya juga cuma lewat seperti saya, seorang pemilik restoran sebelah masjid dan tiga orang pengurus masjid. Seusai shalat, saya menatapi para pedagang memberesi remah-remah sampah di salah satu tempat gaul di Jakarta.
Dunia memang berbeda. Lebenswelt saya dengan orang lain berbeda.
Saya marah pada diri sendiri atas ketidaktaatan saya pada prinsip saya sendiri.
Tapi saya berdalih berbeda pada rekan-rekan saya semata agar mereka tidak bertanya lebih jauh. Saya bilang saya gusar karena harus pulang lebih awal sebab saya maunya pulang pagi agar tidak kenapa-napa di jalan. Padahal, saya itu paling tidak takut apa pun. Mau orang jahat atau petugas, saya akan hadapi karena saya memang tidak punya sesuatu pun untuk disembunyikan.
Kejadian semalam cuma membuat saya berpikir, betapa luasnya dunia ini. Betapa beragamnya perilaku manusia. Dan betapa Tuhan selama ini memang berdiam diri. Membiarkan manusia tertipu oleh dirinya sendiri.
Assalamu alaikum,
Sebagai sahabat saya cuma mengingatkan mas Bhayu, kondisi keimanan seseorang kadang naik & kadang turun, buatlah amal sebanyak2nya di kala keimanan naik,dan menangislah ingatlah kematian disaat keimanan turun, Insya Allah ini resep manjur pribadi….Selamat mencoba
Wassalamu alaikum,