Anda pernah mendengar nama yang jadi judul tulisan ini? Belum? Jangan kuatir, saya juga belum… sampai membaca harian Kompas edisi Minggu, 28 Desember 2008 yang lalu. Nama ini ternyata kondang di kalangan militer, terutama bagi yang berurusan dengan urusan pembelian persenjataan. Bout ini adalah pedagang perantara atau calo atau broker senjata, namun terutama di pasar gelap. Meski beroperasi di pasar gelap sebagai mafia atau kartel arsenal, ternyata klien pembelinya ada pula yang angkatan bersenjata dari pemerintah resmi. Sebabnya sederhana, sulitnya mendapatkan akses untuk senjata yang diinginkan secara resmi. Bisa jadi karena ada embargo dari negara produsen senjata bersangkutan. Nah, di Kompas ada berita bahwa Bout ini akhirnya berhasil ditangkap. Ini adalah hasil perburuan bertahun-tahun oleh pemerintah berbagai negara terutama yang pernah jadi tempat tinggal dan kantor operasi Bout. Jadinya, ini adalah operasi perburuan penjahat yang tidak saja lintas departemen, tapi juga lintas negara. Di tingkat internasional, Interpol mengeluarkan surat perintah penangkapannya. Sementara pemerintah A.S. dan Belgia pun mengeluarkan perintah serupa. Ia ditangkap di Thailand pada 6 Maret 2008 atas kerjasama polisi Thailand dan DEA (Drug Enforcement Agency) A.S. Di A.S. sendiri, tak kurang berbagai badan keamanan seperti FBI, ATF, dan DEA bekerja keras mengungkap peran Bout termasuk dalam insiden 11-9-2001. Sementara ini ia baru dikenakan tuduhan atas keterlibatannya menyuplai senjata kelompok pemberontak Kolombia FARC. Sebabnya, kelompok pemberontak tersebut berhasil dikalahkan pemerintah Kolombia yang berujung dengan tewasnya pemimpin FARC Raul Reyes. Dari situlah kemudian bukti otentik didapatkan dari komputer milik Reyes yang berhasil disita dan dibongkar sandinya.
Wah, membaca beritanya saja seperti nonton film. Kenapa sampai perlu-perlunya dia digerebek aparat gabungan? Tentunya karena reputasinya sebagai “The Untouchable” yang tidak cuma punya banyak backing, tapi juga punya banyak uang. Perusahaannya beroperasi di banyak negara. Bahkan dengan kedok perusahaan yang didirikan secara legal. Afghanistan, Belgia, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Guinea Ekuatorial, Liberia, dan tentu saja Rusia adalah daftar negara yang antara lain menjadi basis operasi perusahaannya.
Maklum saja, konon ia adalah pedagang senjata terbesar di pasar gelap. Keberadaannya ternyata telah meresahkan dan mengganggu stabilitas di banyak negara, tapi terutama tentu saja di A.S. yang merupakan produsen senjata terbesar di dunia. Apalagi, ia ditengarai terlibat memasok senjata kepada Al-Qaeda dan dituding terlibat dalam insiden 11-9-2001. Lucunya, A.S. dan bahkan PBB pernah secara resmi meminta bantuannya untuk memasok senjata ke pasukan mereka.
Saya kok lantas teringat film yang dibintangi Nicolas Cage, judulnya Lord Of War (2005). Film ini jalan ceritanya amat mirip seperti kisah hidup Bout. Cage jadi pedagang senjata bernama Yuri Orlov. Caranya pun mirip, berdagang senjata terutama dari blok Timur sisa Perang Dingin. Maklum saja, pasca bubarnya Uni Sovyet tahun 1991 yang menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di tangan A.S., banyak senjata jadi tak bertuan. Negara-negara yang tadinya bergabung dengan Uni Sovyet dalam bentuk federasi, satu per satu melepaskan diri dan merdeka. Penguasaan atas senjata canggih eks Uni Sovyet lantas beralih ke tangan jenderal korup. Dan inilah yang diperdagangkan oleh si Yuri.
Kemiripan kisah film tersebut bisa jadi karena memang terinspirasi oleh kisah nyata macam Bout tadi itu. Di negara kita pun, kisah calo senjata berkaliber internasional ini juga terjadi. Misalnya dalam upaya Dephan membeli pesawat tempur Sukhoi untuk TNI AU. Meski sudah ada perjanjian bilateral antar negara, ternyata pemerintah Indonesia tidak bisa membeli langsung dari pabrikannya, melainkan harus melalui broker bernama Rosoboron Export. Bedanya, ini adalah broker resmi yang ditunjuk pemerintah Rusia untuk menangani penjualan senjatanya. Sementara, Bout adalah broker BM alias Black Market alias pasar gelap.
Keterangan Foto: Viktor Bout saat digiring mengenakan seragam tahanan.
Foto: msnbc.com
Ping-balik: Blood Tantalum - how your gadget habit affects the world’s war zones - The Red Ferret Journal·