Melalui situs jejaring sosial (social network) seperti Friendster, Facebook, Hi5, Tagged, dan aneka lainnya, kita bisa terhubung dengan manusia-manusia di dunia maya. Teman-teman saya sekarang lagi demam FB, karena katanya di FB lebih sulit bohong daripada di FS. Artinya, account di FB lebih mudah ditengarai keasliannya. Sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan T.I., bagi saya FB juga lebih aman karena tidak memungkinkan scripting dengan JS. Ini berbeda dengan FS yang mudah dijebol.
Saya termasuk orang yang tidak suka membuang waktu, clubbing dan chatting saya anggap membuang waktu. Dulu pun ikut-ikutan situs macam itu juga. Tapi ternyata ada manfaat lain yang saya rasakan, yaitu menjalin kontak kembali dengan teman-teman lama. Dan aneka perasaan berkecamuk terutama saat melihat teman yang sudah sukses. Karena saya termasuk tipe achiever, maka saya terpacu untuk bekerja lebih cerdas dan lebih keras lagi.
Ada perasaan iri yang positif saat melihat profil teman yang sudah sukses. Kecuali satu-dua orang, sebagian besar teman saya cukup jujur mengisi profilnya. Artinya, setiap pengunjung profilnya bisa menelusuri dimana ia bekerja sekarang, apa saja pendidikannya, status pernikahannya, dan semacamnya.
Terkadang, terbersit rasa ingin menyapa dan bertemu kembali. Tapi saya teringat perlakuan seorang teman lama saya yang pernah jadi direktur eksekutif sebuah yayasan di jalan Proklamasi. Saat saya bertandang ke kantornya, yang bersangkutan pura-pura sibuk dan tidak mau menemui saya. Padahal, saya hanya ingin bertegur-sapa karena saat itu oleh tim suksesnya SBY saya diberi kantor di jalan Anyer yang dekat dengan kantor teman saya itu. Saya juga sudah bekerja mapan selain sampingan yang barusan saya sebutkan itu. Pendek kata, saya itu datang tidak mau minta ‘sumbangan’. Tapi apa lacur, ternyata saya dicuekin setelah ia sempat menemui saya sebentar. Malah, saya ditinggal sendirian di ruangannya dan ia pergi ke ruangan lain. Akhirnya, saya pun pergi tanpa pamit kepadanya setelah dua jam lebih menunggu karena tidak tahu ia ada di mana.
Mungkin, itu habit orang kita. Kalau ada teman lama sukses, lantas ngaku-ngaku dekat supaya kecipratan rezekinya. Maka, yang sukses pun jadi alergi ditandangi teman lama. Maaf saja, harga diri saya terlalu mahal untuk melakukan hal itu. Saat ini saja, ada 6 teman seperjuangan saya yang sudah jadi anggota DPR-RI. Beberapa senior menjadi pejabat pemerintah atau lembaga-lembaga lain semacam komite independen. Tapi jujur saja, saya tidak yakin mereka masih ingat saya yang cuma ‘kroco’. Maka, saya pun tidak berinteraksi dengan mereka di dunia nyata. Takut mengalami perlakuan seperti yang dilakukan teman saya yang tadi saya ceritakan. Padahal, teman yang tadi jelas masih ingat saya. Malah, nama saya disebut pula dalam situs pribadinya.
Maka, situs jejaring sosial memang jadi cara aman untuk menjalin ‘silaturahmi’. Sekaligus mungkin membuka kesempatan reuni lagi. Dan buat saya yang entrepreneur, siapa tahu ada yang bisa disinergikan. Karena saya sudah mengalami jalinan bisnis yang berawal dari pertemanan di internet, mengapa tidak bisnis dengan teman lama yang bertemu lagi di dunia maya kan?