Libur Telah Tiba…

Penggalan syair lagu anak-anak yang dinyanyikan Tasya itu menyeruak di benak saya ketika tahu Ramadhan akan segera datang. Entah kenapa, semenjak kecil, Ramadhan selalu memberikan nuansa liburan bagi saya. Bisa jadi awalnya karena pada prakteknya di Indonesia yang mayoritas muslim pemerintah memberlakukan liburan awal puasa bagi siswa sekolah terutama negeri. Karena dari SD sampai SMA saya selalu sekolah di sekolah negeri, tentu kebagian juga liburan itu.

Toh, ketika dewasa termasuk saat kuliah dan kerja, nuansa liburan itu selalu terasa juga. Setelah saya menyelami ‘dunia lain’ dari agama saya, akhirnya saya tahu, memang puasa itu salah satu fungsinya adalah meliburkan tubuh, pikiran, hati, dan jiwa kita. Saya ini pendosa. Dan setidaknya satu bulan dalam satu tahun saya libur dari dosa.

Lebih jauh lagi, secara fisik, kita makhluk hidup memang perlu liburan itu. Semua hewan memiliki siklus hibernasi. Umumnya dilakukan pada musim dingin dengan tidur panjang. (Kalau Anda ingat, ini bahkan menginspirasi Microsoft untuk membuat modus hibernasi dalam perangkat lunaknya). Hibernasi adalah istirahat panjang, tapi tetap bersiaga. Artinya, kita tidak terus tidak melakukan apa-apa, hanya keluar dari rutinitas harian. Hewan istirahat dari rutinitas perburuannya, sehingga ia bisa menikmati makanan hasil ‘tabungan’nya di musim lain. Ia hanya makan dan tidur.

Kita manusia pun begitu. Diharapkan pada bulan ini manusia -terutama umat Islam- mengurangi kegiatan duniawinya terutama di waktu malam. Menghidupkan malam Ramadhan adalah anjuran utama dengan mengurangi tidur. Tapi, di waktu siang, kita tetap diharuskan berikhtiar. Nabi saja tetap berdagang di siang Ramadhan meski sangat memperbanyak ibadah hingga i’tikaf di masjid tiap malam.

Sebenarnya, ritual hibernasi ini pun dimiliki umat beragama lain. Umat Yahudi punya hari Sabbat. Hari Tuhan dimana manusia diharamkan bekerja dan hanya beribadah. Umat Hindu punya Nyepi, dimana pada hari itu bukan saja tidak boleh bekerja, melakukan aktivitas atau menyalakan api dan sejenisnya pun dilarang. Hanya Tuhan yang jadi fokus kita hari itu.

Dan nuansa liburan itu saya hayati dengan menyelam ke dalam diri. Bukan merencanakan mudik apalagi buka puasa mewah dengan es blewah. Karena liburan sejati adalah yang bisa merelakskan diri. Seperti halnya relaksasi terbaik adalah tidur. Maka, makna liburan ini adalah pengurangan hasrat duniawi seminimal mungkin. Terutama hasrat untuk menang dalam hidup. Karena kemenangan sejati bagi umat Islam adalah tatkala Tuhan tersenyum penuh cinta kepadanya di hari kiamat kelak.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s