Jalan-jalan Membuka Wawasan

Dulu, sewaktu bekerja di sebuah majalah terkemuka yang kantornya di Kuningan, saya ditugasi untuk mengampu rubrik yang isinya jalan-jalan. Memang, masih di dalam negeri karena justru majalah itu isinya mengedepankan warna lokal. Tapi lumayan juga karena dari jalan-jalan itu justru amat membuka wawasan saya. Di Jakarta saja, banyak tempat yang belum pernah saya kunjungi. Bagaimana mau saya kunjungi, wong keberadaannya saja saya tidak tahu sebelumnya kok.
Sebagai contoh, saya mendapatkan informasi bahwa di Jakarta ada sekitar delapan casino yang amat rahasia letaknya. Tentu saja saya mencoba mencari tahu dan berhasil mendapatkan salah satu di antaranya. Casino itu terletak di lantai paling atas sebuah hotel. Lumayan juga kan bisa tahu info macam itu. Atau info tentang tempat mangkal kaum gay di ibukota yang salah satunya ada di area Kota yang dulunya merupakan sebuah lokasi hiburan umum yang dialih-fungsikan.
Dari semua itu saya seakan katak baru keluar dari tempurung. Ooo, ternyata begitu berwarnanya kehidupan di Indonesia. Memang, saya sudah baca buku Moammar Emka -Anda tahulah, yang judulnya Jakarta Undercover itu lho- sebelumnya. Tapi tidak menyangka kehidupan yang diceritakan di dalamnya sebegitu dekatnya dengan saya.
Dari situ juga saya makin mafhum bahwasanya kehidupan tidaklah hitam-putih. Begitu banyak gradasi abu-abu di antaranya. Mungkin malah tak terhingga. Maka, saya heran kalau ada orang yang mengklaim paling bersih, paling suci, hingga menuntut pihak lain yang tidak bersih dan tidak suci dibubarkan, dilarang, atau dihancurkan. Kalau memang mereka benar begitu bersih dan suci, kenapa tidak menggerebek casino yang saya ceritakan tadi?
Pihak yang pro mereka pasti menjawab, “itu sulit karena mereka -maksudnya casino tadi- punya beking.” Alah, alasan! Yang benar adalah, karena pihak yang merasa bersih dan suci itu sudah terima upeti dari pengelola casino! Dan apa itu bukan uang haram namanya? Jelas itu uang haram! Dan menerima uang haram berarti sama saja tidak bersih dan tidak suci dong!
Ini sudah mau Ramadhan, biasanya orang-orang sok bersih dan sok suci yang mengatasnamakan agama tapi merusak agama itu gemar ‘bersih-bersih’. Padahal, kalau mau ‘bersih-bersih’ kan semestinya bisa di hari lain juga. Tambahan lagi, yang ‘dibersihkan’ adalah mereka yang tidak mau membayar ‘uang kebersihan’. Yang bayar, ya aman. Jadi, mereka itu prinsipnya “maju tak gentar membela yang bayar.”
Dari jalan-jalan itulah saya kemudian tahu bahwa di banyak tempat propaganda program pemerintah tidak sampai. Bahkan di ibukota sendiri, apalagi di pelosok daerah. Entah kenapa Departemen Penerangan dibubarkan, karena dulu dengan Deppen di tiap desa ada petugas berjabatan Mantri Penerangan atau Petugas Penyuluh. Dari situlah kemudian program pemerintah sampai. Kalau masalahnya kebebasan pers, ya tetap saja persnya dibebaskan, regulasinya kan bisa dibuat begitu tanpa membubarkan departemennya?
Tapi sudahlah, saya bukan pemerintah dan bukan bagian darinya. Yang mau saya katakan dari sini adalah, ternyata kita harus banyak jalan-jalan untuk tahu kebenaran. Karena kebenaran, seperti pernah saya tulis sebelumnya, ada di luar sana. The truth is out there.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s