Saya heran, kenapa di media massa tiap kali orang menulis kentut selalu didahului kata maaf. Misalnya ada kalimat: “Tiba-tiba saja di tengah pembicaraan, seorang rekan kami -maaf- kentut. Sehingga bunyinya memecah konsentrasi pembicara. Belum lagi baunya.”
Lho, apa yang salah dari kentut sehingga perlu pakai kata “maaf” segala?
Kemarin, teman dekat saya yang sedang pelatihan medis di luar kota menelepon dan memberi saya tebakan: “hayo, apa istilah kedokterannya kentut?” Seketika saya jawab, “flatus vocis”. Dan ia terkejut karena saya yang tidak berlatar belakang pendidikan medis ternyata tahu istilah medis. Itulah yang selalu saya coba tularkan pada semua orang di sekitar saya -juga kepada Anda LifeLearner- bahwasanya hidup itu tidak melulu soal kita dan pekerjaan kita, kita dan hobby kita, kita dan keluarga kita, kita dan mobil kita, kita dan pendidikan kita, pokoknya tidak melulu tentang kita dan hidup kita saja. Hidup itu tentang orang lain juga. Hidup itu tentang alam juga. Hidup itu tentang hidup juga. Cobalah untuk memperluas minat kita pada banyak hal. Dan Anda akan terkejut betapa banyak hal yang Anda belum tahu. Seperti adagium, makin banyak belajar, makin terasa kita bodoh. Makin banyak kita tahu, makin terasa kita tidak tahu apa-apa.
Nah, kembali ke soal kentut tadi. Saya merasa tidak perlu minta maaf saat menuliskannya. Bahkan agak ekstrem, saya merasa tidak perlu minta maaf juga saat melakukannya. Karena itu cuma adat. Di negara-negara Eropa misalnya, bila Anda kentut di meja makan saat makan bersama orang lain, masih lebih dimaafkan dan dianggap wajar daripada bila anda bersendawa. Jadi, kentut dianggap memalukan itu karena adat-istiadat kita saja.
Dalam dunia medis, kentut justru amat ditunggu, apalagi bila seseorang usai menjalani sebuah operasi pembedahan. Anda yang pernah mengalami pasti mengangguk setuju saat membaca ini. Betul. Karena dengan kentut, yang kemudian tak lama kemudian disusul dengan buang air besar, berarti metabolisme tubuh kita kembali normal. Itu artinya tubuh kita juga telah mampu beradaptasi kembali dengan hasil operasi dan pengaruh biusnya mulai punah.
Apa sih yang mau saya bicarakan dengan kentut? Sederhana. Cobalah untuk mensyukuri segala hal dalam hidup kita. Akhir pekan ini adalah waktu untuk mensyukurinya. Apalagi bagi Anda yang masih bekerja, ini adalah saat untuk kembali bersama keluarga. Mereka adalah anugerah besar bagi kita. Dan kita patut mensyukurinya. Bahkan syukur pun perlu kita lakukan untuk suatu hal yang kita anggap remeh sekalipun. Ya seperti kentut itulah.