Pada akhirnya, bila Anda memutuskan bermitra dalam usaha dan sudah menyelidiki kredibilitas calon mitra Anda, pastikan segalanya jelas di awal. Artinya, buatlah perjanjian yang jelas, hitam di atas putih. Bicara secara baik-baik saja tidak akan pernah cukup. Tentu, kalau ‘jam terbang’ Anda sudah tinggi, feeling akan main di sini. Kalau memang percaya pada mitra Anda, t-s-t alias tahu sama tahu bisa jadi sudah cukup. Kerennya, ini disebut gentlemen agreement. Bila reputasi calon mitra Anda besar, percaya mungkin akan baik daripada ribet. Apalagi kalau nilai proyeknya kecil. Hanya saja, tidak selalu perusahaan besar reputasinya juga besar.
Saya pernah mendengar cerita -yang tidak bisa dipastikan kebenarannya- (kalau tidak salah Pak Sigit pembicara gathering IYE! Kamis lalu juga pernah bicara soal ini), kalau salah satu perusahaan besar yang memiliki gedung dengan nama perusahaan itu sendiri di daerah Kebon Sirih reputasinya tidak setinggi gedungnya. Perusahaan itu memang milik salah satu putra presiden terlama kita. Dulu, saat sang ayah berkuasa, konon kalau ada supplier menawarkan sesuatu dan mereka berminat, pihak perusahaan besar tersebut tinggal berkata, “Oke, besok kirim.” Tentu saja supplier terkejut, dan meminta penjadwalan ulang, tapi mereka tak peduli. Dengan susah payah, barang yang diminta dikirim. Dan ternyata, sudah diburu-buru, barangnya banyak, dan tidak dibayar!
Itu memang cerita soal supplier dan customer. Tapi cerita itu menunjukkan kalau reputasi perusahaan atau mitra bisnis harus benar-benar dicari tahu. Dan bila memang oke, lanjutkan dengan detail perjanjian bisnisnya. Bila ragu, Anda bisa meminta bantuan hukum kepada notaris. Perjanjian ini terutama meliputi pertanggungan resiko dan pembagian keuntungan usaha.
Kerapkali terjadi, usaha yang semula dijalankan bersama atas dasar saling percaya menuai masalah justru saat berada pada dua titik ekstrem: rugi atau untung. Kalau usaha itu masih di awal, biasanya masalah pembagian kerja dan tanggung jawab juga harus jelas. Karena ini bisa jadi bibit perselisihan kelak. Pihak yang merasa bekerja atau berkontribusi lebih biasanya juga akan merasa harus lebih besar pula mendapatkan pembagian hasil.