Makan Hati

“Apapun makanannya, minumnya …. (Teeet. Sensor! Sponsor harus bayar! Hehe)

Ya. Makan hati. Sebuah terminologi yang saya bingung kalau musti diterjemahkan ke bahasa Inggris. Apalagi menerangkannya. Mungkin cuma bisa dianggap sama dengan jengkel. Padahal, makan hati lebih dari jengkel. Ia jengkel yang tak terutarakan dan mengendap di hati.
Banyak orangtua salah dalam mendidik anaknya, mengatakan kita tidak boleh marah atau sedih. Padahal, dalam psikologi perkembangan, seorang justru bisa dikatakan sehat secara psikis bila bisa mengekspresikan emosinya.
Demikian pula dalam keseharian, alangkah baiknya kita mampu mengekspresikan kejengkelan dengan tepat. Apabila ada tingkah seseorang yang menjengkelkan, pilih reaksi Anda. Lihat juga situasi. Jangan sampai Anda membentak seorang preman terminal di terminal meskipun Anda jengkel. Yang ada Anda bakalan mati konyol dikeroyok. Emang enaak?
Tapi kepada siapa pun yang tidak beresiko membahayakan jiwa Anda, utarakan saja kejengkelan itu. Jangan sampai makan hati. Bahkan kepada klien sekalipun. Utarakan dengan sopan dan elegan. Bila tidak bisa, jangan ragu untuk membuangnya. (lihat tulisan saya dulu “Seni Membuang Klien”). Makan hati itu tidak enak, karena bisa jadi akan terus mengerak di sana berlama-lama. Tapi akan lebih baik bila Anda bisa mengubah positioning menjadi lebih santai dan melihat dari kacamata orang lain. Barangkali dengan begini, hati Anda tak perlu lagi dimakan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s