Tahukah Anda, tadi malam sekian banyak manusia meregang nyawa dan akhirnya harus meninggalkan dunia? Dua orang terpidana mati karena kasus penyelundupan narkoba kemarin malam harus menghadapi kematian di hadapan regu tembak. Keduanya adalah warga Nigeria bernama Samuel Iwuchukwu Okoye dan Hansen Anthony Nwaolisa. Hukuman mati sengaja dilakukan kemarin karena tanggal 26 Juni adalah Hari Anti Narkoba Internasional.
Ketika kematian merenggut, tak seorang pun mampu menunda. “…Tiap-tiap yang berjiwa pasti mati”
(QS Ali Imran:185). Firman ALLAH SWT tersebut menyuratkan kepastian adanya kematian bagi siapa saja. Tak peduli raja atau rakyat jelata, pasti mati. Tinggal cara matinya, mau khusnul khotimah (akhir yang baik) atau su’ul khotimah (akhir yang buruk). Pilih saja.
Kita beruntung masih bisa menghirup udara dengan bebas hingga hari ini. Buat Anda LifeLearner, masih bisa membaca blog ini. Bagi saya, masih diberi kesempatan menulis sekedarnya. Tapi tiap kali mengingat mati, saya pasti menangis. Saya takut. Takut tidak bisa pulang ke rumah. Takut tidak diaku sebagai ‘anak Tuhan’. Takut tidak diberi cinta oleh-Nya.
Tidak terperi ketakutan saya sehingga senantiasa berusaha mengingat-Nya di setiap waktu. Toh justru lebih sering terlupa. Saya sering memaki sopir yang menyalip mobil saya, marah-marah pada pasangan, hingga menyiasati kontrak dan pekerjaan. Padahal, semua itu cuma menjauhkan saya dari jenis kematian yang saya harapkan.
Bukan. Bukan matinya yang saya takutkan. Karena seperti firman ALLAH SWT dalam QS Yunus:49: “Tiap-tiap umat memiliki waktu. Ketika waktu itu datang, maka mereka tidak bisa mengundurkannya barang sesaat pun, dan tidak (juga) mendahulukan (nya).”
Harapan saya cuma ingin bisa berteriak selantang Chairil Anwar dalam sajaknya Aku (1943):
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!