Hari Sabtu ini kita jalan-jalan ke Amerika Serikat. Di negeri superpower itu tengah dilangsungkan prosesi suksesi Presiden. Kedua aliansi partai politik utama di A.S. yaitu Demokrat dan Republik masih menempuh prosedur internalnya untuk mencari kandidat terbaik yang akan diajukan dalam Pemilu 4 November 2008 mendatang. Republik telah lebih dulu menyelesaikan prosedurnya dan menetapkan John Mc.Cain sebagai kandidat mereka. Sementara di kubu Demokrat tampaknya Obama telah memenangkan pemilihan, walau resminya masih akan ditetapkan dalam konvensi tanggal 25-28 Agustus 2008 mendatang.
Sebenarnya, ketiga kandidat Presiden akan mengukir sejarah andaikata terpilih. John Mc.Cain dari Republik akan jadi Presiden A.S. tertua yang terpilih. Sementara Hillary Clinton akan jadi wanita pertama yang jadi Presiden A.S. Dan Obama tentu saja akan jadi warga negara A.S. keturunan Afro-Amerika pertama yang menduduki tahta tertinggi negara multikultur itu.
Andaikata Obama terpilih, tentu akan terjadi perubahan mendasar dari sejumlah kebijakan pemerintah A.S. Namun yang penting bagi negara di luar A.S. termasuk kita di Indonesia adalah bagaimana Presiden A.S. mendatang akan menetapkan kebijakan luar negerinya. Hingga saat ini, dalam sejumlah pernyataannya Obama mengeluarkan ‘kisi-kisi’ tentang rencana kebijakan luar negerinya. Antara lain:
- Menjamin dukungan terhadap Israel dalam segala konflik yang terjadi tentang negeri itu.
- Akan menarik pasukan A.S. secara bertahap dari Irak. Namun tidak menyebutkan jelas bagaimana dengan pasukan pendudukan A.S. di negara lain seperti Afghanistan.
- Beberapa kali berupaya meyakinkan A.S. akan menjadi negara yang memperhatikan sekutu-sekutunya.
- Belum mengeluarkan statement tentang perdagangan dengan China mengingat negara itu kini membanjiri banyak negara termasuk A.S. dengan produk murahnya.
Sekedar catatan, Obama dikritik lemah dalam kebijakan politik luar negerinya. Hal ini antara lain pernah diulas oleh majalah Time edisi 18 Desember 2007. Kritikan yang sebenarnya dilansir oleh Hillary Clinton sebagai tanggapan atas pernyataan Obama sendiri. Ia meragukan pernyataan Obama yang mengatakan bahwa empat tahun masa kecilnya di Indonesia telah membantu dirinya mengembangkan pandangan terhadap dunia dan memberikannya pijakan bagi tataran dunia. Hillary Clinton meragukan anggapan bahwa hidup di luar negeri pada usia 10 tahun akan mampu mempersiapkan seseorang menghadapi permasalahan dunia yang kompleks sebagaimana akan dihadapi oleh seorang Presiden A.S.
Sebenarnya masalah kebijakan luar negeri Obama tidak semata soal latar-belakang multi rasnya dan pengalamannya tinggal di Indonesia. Jadi, baiknya Anda sendiri yang menilainya dari pernyataan Obama yang dilansir dalam kampanye di Des Moines, Iowa pada 10 November 2007. Kutipan ini diambil dari situsnya sendiri http://www.barackobama.com.
“When I am this party’s nominee, my opponent will not be able to say that I voted for the war in Iraq; or that I gave George Bush the benefit of the doubt on Iran; or that I supported Bush-Cheney policies of not talking to leaders that we don’t like. And he will not be able to say that I wavered on something as fundamental as whether or not it is ok for America to torture — because it is never ok… I will end the war in Iraq… I will close Guantanamo. I will restore habeas corpus. I will finish the fight against Al Qaeda. And I will lead the world to combat the common threats of the 21st century: nuclear weapons and terrorism; climate change and poverty; genocide and disease. And I will send once more a message to those yearning faces beyond our shores that says, “You matter to us. Your future is our future. And our moment is now.”