Kabar Baik

Seorang pasien korban kecelakaan dirawat secara intensif di rumah sakit. Setelah beberapa hari, seorang suster mendatanginya lalu berkata.

“Saya punya dua kabar untuk Anda. Satu baik dan satu lagi buruk. Anda mau dengar yang mana duluan?”

Beberapa saat sang pasien tertegun. Ia lalu menjawab, “Saya merasa lebih baik mendengar kabar buruknya dulu.”

“Baiklah,” kata suster itu. “Tim dokter sudah membahas mengenai kondisi Anda. Dan sayangnya, kami tidak bisa menyelamatkan kondisi kaki Anda. Sehingga, esok pagi kami harus melakukan operasi untuk mengamputasi seluruh kaki Anda dari pangkal paha.”

Sang pasien pun terdiam. Wajahnya mendadak suram. “Lalu, apa kabar baiknya?” tanyanya berharap mendapatkan penghiburan. Sang suster pun tersenyum.

“Pasien sebelah bersedia membeli semua celana Anda. Katanya, ukuran Anda pas untuknya.”

Well, itu memang cerita fiksi belaka. Dan malah sebenarnya termasuk humor satire. Namun ada satu hal yang ingin saya bagi kali ini. Kerapkali kita senantiasa mengharapkan kabar baik dalam hidup kita. Bahkan inginnya semuanya baik. Tapi toh ini hidup. Baik dan buruk silih berganti. Menurut Al-Qur’an, Allah menciptakan segalanya berpasang-pasangan (Qs 53:45). Ada siang, ada malam, ada lelaki, ada wanita, dan seterusnya.  Jadi, baik dan buruk harus senantiasa mampu kita terima apa adanya.

Masalahnya lebih kepada antisipasi. Dari cerita tadi, sang pasien tentu tidak mengantisipasi kalau kabar baik yang ditunggunya ternyata tidak berarti. Banyak dari kita menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan kabar baik dari tempat ‘nun jauh di sana.’ Padahal, sebenarnya kabar baik itu sudah ada. Sekarang. Di hadapan kita.

Coba lihat hidup Anda. Punya pekerjaan adalah sebuah kabar baik, karena banyak yang menganggur. Bisa naik kereta api ke kantor adalah kabar baik, karena ada yang bahkan tidak bisa berangkat ke kantor, karena sakit misalnya. Jadi, selalu ada hal yang bisa disebut baik, tapi juga buruk. Seorang teman misalnya, saat berkata “gue lagi bokek nih” sebenarnya ya tidak sebokek tunawisma di bawah kolong jembatan. Ia masih punya rumah untuk ditinggali.

Maka, janganlah mengharap elang di langit, lantas punai di tangan dilepaskan. Dan tentu saja, saya senantiasa menjaga orang-orang terdekat saya agar tidak seperti itu. Kalau sampai ada orang terdekat saya yang melepaskan punai, sudah pasti karena ia sudah berhasil mendapatkan elang di langit. Maka itu tentunya jadi kabar baik yang senantiasa menyinari hidup.Maka, mari berusahalah terus dengan tulus, karena Tuhan bersama orang-orang yang baik.

One response to “Kabar Baik

  1. Belajar IKHLAS dan SYUKUR itu awalnya sulit…,hiks…
    tp kl sudah mendapat ‘ilmu’-nya, itu SANGAT indah…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s