World Health Organization (WHO) alias Organisasi Kesehatan Dunia –sebuah organisasi di bawah naungan PBB- melansir pernyataan bahwa negara-negara berkembang di Asia menderita paling berat akibat perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming). Menurut Shigeru Omi -Direktur WHO wilayah Pasifik Barat yang berkedudukan di Manila-, berbagai musibah yang sudah terjadi akibat pemanasan global ini antara lain diare, malaria, dan kurang gizi. Kekacauan pola musim juga mengakibatkan banjir dan bencana lain. Bahkan musim tanam pun ikut kacau.

Para peneliti NASA juga mengatakan bumi dalam kondisi kritis karena kandungan karbondioksida di atmosfer sudah pada level bahaya. Ini menurut James Hansen -Direktur NASA’s Goddard Institute untuk Studi Angkasa yang berkantor di New York- disebabkan kontribusi industri minyak dunia yang memperparah tingkat pemanasan global.

Patut diingat negara dengan tingkat emisi paling tinggi adalah A.S. Tingkat pemakaian energi dari sumber fosil yaitu minyak bumi dan turunannya pun paling banyak di negeri itu. AS menolak meratifikasi Protokol Kyoto. Juga sulit menerima Bali Road Map. Hal itu karena pemerintahnya enggan menghadapi resiko dari para industrialis di negerinya. Dan sudah semestinya dunia bisa mendesak AS untuk konsisten dalam sikap politiknya, termasuk peduli pada kelestarian bumi daripada sibuk menumpuk keuntungan.