Saya kenal seorang teman yang mengaku tuhan. Betul! Dia amat yakin dirinya sudah ma’rifat sehingga tanpa ragu mengumumkan statusnya yang sudah manunggaling kawula gusti. Dalam beberapa kesempatan ia melakukan sejumlah klaim.
Salah satu klaimnya muncul saat kami sedang membahas soal pahala-dosa. Dengan yakinnya ia bilang bahwa dirinyalah yang memberikan pahala (sic!). Karena itulah ia tidak mau melaksanakan shalat dan ibadah lainnya. Pikirnya, masa’ tuhan shalat? Masa’ menyembah diri sendiri?
Lantas kenapa dia tidak digerebek seperti jemaah Ahmadiyah atau ditangkap seperti Ahmad Moshadeq? Jawabannya: karena ia tidak punya pengikut. Tidak ada yang percaya pada klaimnya. Untunglah ia tidak punya jiwa kepemimpinan atau leadership. Tapi ini juga jadi pertanyaan bagi klaimnya, masa’ Tuhan Yang Maha Kuasa tidak punya leadership?
Dalam dunia sufi, klaim terhadap status ma’rifat ini hanya dapat dipercaya jika ada tanda-tanda khusus. Tanda-tandanya antara lain adalah ia menampilkan karomah. Tentu saja klaim ini juga dibuat teman saya tadi. Seringkali ia mengatakan dalam dunianya ia bisa berbicara dalam 10 bahasa. Tapi cobalah tes. Boro-boro 10, wong satu bahasa selain bahasa Indonesia saja dosqi gelagepan bro!
Buat saya, menjadi hamba Tuhan yang bener saja sulitnya minta ampun. Ada yang bilang itu karena maqom saya belum sampai. Alhamdulillah. Saya malah senang dibilang begitu. Biarkan saja hanya Sang Maha Segala yang tahu soal itu.
Tapi aneh sekali kalau jadi orang bener saja nggak bisa, lantas solusinya mengklaim jadi Tuhan. Hahaha. Itu sama saja kita jadi karyawan saja belum becus, eh, ujug-ujug mau jadi direktur? Nyang boneng nyong!
Assalamu alaikum,
Ha…ha…ha Lucuu banget yaa..kok ya ada orang kayak gitu ?!!
Wassalamu alaikum
assalammualaikum….
boleh kanalan gak sama tuhan yang itu, kali aja bisa minta duit buat beli susu si dewo wakakakakak
wassallam
B’arti masih mending tetanggaku.cz kalo ttanggaku gak prcaya nabi muhammad tp siti jenar