Bumi, Olahraga dan Indonesia

Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim Global sedang berlangsung dari 3 hingga 14 Desember 2007 di Bali. Sementara kontingen Sea Games Indonesia sedang berjuang di Thailand dari 6 hingga 15 Desember 2007 mendatang. Keduanya adalah event pembawa nama bangsa. Sementara di Bali Protokol Kyoto kemungkinan akan digantikan Peta Jalan Bali, di Thailand kontingen kita kepayahan meraih medali. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh kita selain menonton. Tak ada kontribusi yang bisa dilakukan oleh orang seperti saya. Kalau pun ada, ya cuma dari jauh seperti menulis di blog ini.

Di saat terpuruknya nama bangsa di dunia luar termasuk adanya peringatan perjalanan, ternyata negara-negara PBB tidak kuatir datang ke Bali. Ini sebenarnya membingungkan, sebab beberapa di antara negara itu adalah yang paling getol menyatakan Indonesia tidak aman.  Ini menunjukkan sebenarnya Indonesia masih punya peranan penting. Toh sekedar nama dan semangat tidak bisa menandingi kegigihan latihan para atlet negara tetangga. Kalau kalah dari Malaysia, Thailand dan Filipina… ya, mungkin masih bisa diterima. Tapi ada Vietnam di peringkat kedua perolehan medali sementara! Bagaimana bisa? (Saya pernah membaca artikel di Kompas justru mereka awalnya belajar dari kita. Yaaah, kasusnya seperti Malaysia juga rupanya. Murid akhirnya lebih pintar dari gurunya!)

Saya sungguh tidak tahu, apa kontribusi saya terhadap isyu penting ini. Paling-paling buat bumi ya sebatas menanam pohon (seperti kampanye yang sekarang sedang gencar dilakukan) atau tidak membuang sampah sembarangan.  Tapi… ini kan anak SD juga bisa? Kalau olahraga… yah, saya jelas bukan atlet. Lalu apa dong? Jujur saya bosan cuma bicara (dan menulis). Sementara saya cuma punya tenaga dan pikiran (uang masih untuk hal lain).

Saat mau gabung ke organisasi internasional, ternyata mereka lebih butuh donasi daripada relawan. Rupanya orang sudah lulus kuliah dipandang langsung banyak duit kali yaaa… Ah, sudahlah. Biarkan saja saya menikmati hujan sore ini. (btw, saya ini penyuka hujan. Saya selalu memandang hujan bukan sebagai cuaca buruk, tapi justru cuaca indah. Banjir bagi saya itu bukan karena hujan, tapi karena ketidakramahan manusia pada alam).

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s