Hari ini Jakarta hujan deras sejak semalam. Baru reda sekitar saat dhuha. Kekuatiran pada munculnya banjir mendera pikiran saya. Apalagi Februari lalu kantor saya dilabrak air setinggi pinggang di dalam bangunan (+ 1 meter), sementara di jalan malah sudah setinggi leher (+ 1,5 meter).Tapi di tengah kekuatiran saya, kok saya tiba-tiba ingin menulis sesuatu dari seseorang bernama Bersihar Lubis ya? Hari ini saya jadwalkan sendiri sebagai hari untuk mengisi blog ini dengan tulisan motivasi dan semacamnya, dengan mengambil teladan dari manusia. Dan kali ini saya rasa bagus bila mengambil contoh dari seorang yang tiba-tiba mencuat namanya ini.Kalau saja tidak ada tuntutan dari tiga orang jaksa mengatasnamakan korps kejaksaan, mungkin nama Bersihar Lubis tidak akan seterkenal ini. Cuma karena satu kata “dungu” rupanya ada pihak yang tersinggung. Konteks tulisan yang sebenarnya merupakan kutipan tidak langsung dari ucapan pihak ketiga dimaknai sebagai tulisan langsung Bersihar Lubis.Keberanian memang langka. Lebih-lebih kejujuran. Saya mendukung Bersihar Lubis untuk posisinya yang didakwa karena menulis opini. Hanya saja bedanya, saya juga mendukung pengungkapan sejarah yang sebenarnya. Bukan karena Orde Baru kalah di akhir kekuasaannya lantas pukul-rata –orang Jawa bilang gebyah-uyah— semua yang dilakukannya salah. Demikian pula dengan PKI. Andaikata memang dalam pemberontakan 1965 –saya lebih suka menyebutnya Gestok seperti Bung Karno, karena memang gerakannya secara logis dimulai tanggal 1 Oktober 1965– keterlibatan PKI tidak sedalam yang dituduhkan, kita tahu ada fakta-fakta yang membuktikan sebaliknya. Demikian pula tidak seharusnya keterlibatan PKI dalam pemberontakan 1926 dan 1948 ditutup-tutupi. Pokoknya, kebenaran harus ditegakkan. Dan bersuara lantang lewat opini tidaklah pantas dianggap kejahatan!Apa yang bisa kita teladani dari Bersihar Lubis selain keberaniannya menuliskan pendapatnya, justru soal kebebasan berpendapat. Sering sekali di forum-forum yang bertebaran di internet terutama di mailing list terjadi saling caci dan kritik. Uniknya, seringkali pihak-pihak yang bertikai berlindung di balik anonimitas internet.Apa yang dilakukan Bersihar adalah mempertahankan integritasnya dengan pendapatnya secara berani. Tidak seperti orang-orang anonim yang buat saya tak lebih dari pengecut. Karena itu, sebenarnya kebebasan berpendapat haruslah diiringi keberanian mempertanggungjawabkannya. Dan saya rasa, untuk soal ini, Bersihar Lubis harus kita dukung bersama!